Welcome to
LUNAR

Learning With Augmented Reality

Tahun Ajaran
Ilustrasi Mata Uang Dollar dan Rupiah
Kurs Valuta Asing
1. Pengertian Kurs, Nilai Tukar, dan Valuta Asing
Nilai tukar menurut Sukirno, 2011 (dalam Safitri, 2020) adalah “nilai tukar mata uang (exchange rate) atau sering disebut kurs merupakan harga mata uang terhadap mata uang lainnya”. Sedangkan menurut Mahyus Ekananda, 2014 (dalam Safitri, 2020) “kurs merupakan harga suatu mata uang relatif terhadap mata uang negara lain”. Nilai tukar mata uang dan kurs sering digunakan secara bergantian atau dipadankan, akan tetapi memiliki perbedaan makna yang signifikan.
a. Konsep Dasar
- Nilai tukar mata uang merupakan rasio yang menunjukkan jumlah unit atau berapa banyak suatu mata uang yang dapat ditukar dengan jumlah unit mata uang lainnya. Ini adalah konsep umum yang mencerminkan nilai antara dua mata uang.
- Kurs merupakan harga mata uang suatu negara dengan mata uang negara lainnya pada waktu tertentu yang ditapkan oleh lembaga keuangan atau pasar. Kurs merupakan harga praktis yang digunakan dalam transaksi sehari-hari yang mencakup harga beli dan harga jual, dan sering kali dinyatakan sebagai pasangan mata uang (contoh: EUR/USD).
b. Penggunaan:
- Nilai tukar mata uang digunakan untuk menganalisis ekonomi dan keuangan untuk memahami dinamika pasar valuta asing dan dampaknya terhadap ekonomi suatu negara.
- Kurs mata uang digunakan dalam transaksi keuangan internasional sehari-hari baik oleh individu maupun lembaga untuk membeli ataupun menjual mata uang asing.
c. Fleksibilitas:
- Nilai tukar mata uang, lebih fleksibel dan dapat berubah seiring waktu berdasarkan faktor-faktor ekonomi seperti inflasi, suku bunga, faktor politik, dan sentimen pasar.
- Kurs mata uang, lebih tetap namun juga dapat berubah dalam jangka waktu yang lebih pendek. Kurs ditetapkan oleh lembaga keuangan atau pasar berdasarkan faktor-faktor seperti penawaran dan permintaan, biaya transaksi, dan keuntungan bank.
Jadi, meskipun keduanya sering dikaitkan, nilai tukar mata uang merupakan konsep ekonomi yang lebih umum dan luas, sementara kurs mata uang merupakan harga spesifik yang digunakan dalam transaksi sehari-hari.
Valuta asing atau Foreign Exchange (FOREX) adalah mata uang asing atau alat pembayaran lainnya yang digunakan untuk melakukan atau membiayai transaksi ekonomi keuangan internasional dan yang mempunyai catatan kurs resmi pada bank sentral. Nilai valuta asing adalah suatu nilai yang menunjukkan jumlah mata uang dalam negeri yang diperlukan untuk mendapat satu unit mata uang asing (Hamdi dalam Mulyati, 2020). Jadi, dapat disimpulkan kurs valuta asing merupakan harga atau nilai dari mata uang suatu negera terhadap mata uang negara lain yang tercatat secara resmi di bank sentral. Misalnya, jika kurs USD/IDR adalah 15.500, itu berarti 1 dolar Amerika Serikat (USD) dapat ditukar dengan 15.500 rupiah Indonesia (IDR).
2. Jenis Kurs
Menurut Sadono Sukirno, 2011 (dalam Safitri, 2020) terdapat empat jenis transaksi kurs, yaitu; kurs jual, kurs beli, kurs kurs tengah, dan kurs rata (yang berlaku dalam transaksi jual beli bank notes dan travelers cheque. Sedangkan menurut R. Agus Sartono 2012 (dalam Safitri 2020) jenis transaksi kurs dibedakan menjadi; kurs jual dan kurs beli, kurs silang, serta kurs spot dan kurs forward. Berikut penjelasan mengenai jenis transaksi kurs yang digunakan dalam transaksi keuangan dan perdagangan internasional.
- Kurs Jual: nilai tukar yang digunakan oleh bank atau money changer untuk menjual mata uang asing kepada nasabah. Kurs ini biasanya lebih tinggi dari kurs beli.
- Kurs Beli: nilai tukar yang digunakan oleh bank atau lembaga keuangan untuk membeli mata uang asing dari nasabah. Kurs ini biasanya lebih rendah dari kurs jual.
- Kurs Tengah: kurs yang berada di tengah-tengah antara kurs beli (bid rate) dan kurs jual (ask rate). Ini adalah kurs yang digunakan untuk mendapatkan gambaran umum tentang nilai tukar tanpa mempertimbangkan margin keuntungan bank atau money changer. Kurs tengah biasaya dilakukan untuk pelaporan keuangan, evaluasi dan perencanaan bisnis, transaksi antar bank, karena nilai tukar yang digunakan mencerminkan nilai rata-rata yang lebih realistis dan tidak bias terhadap sisi jual atau beli.
- Kurs Spot: nilai tukar yang berlaku untuk transaksi jual beli mata uang yang dilakukan secara tunai dan penyelesaian transaksinya biasanya dilakukan dalam waktu dua hari kerja.
- Kurs Forward: nilai tukar yang disepakati sekarang untuk pertukaran mata uang di masa depan. biasanya lebih dari dua hari kerja setelah transaksi disepakati. Kurs ini sering digunakan untuk melindungi terhadap risiko perubahan nilai tukar di masa depan.
- Kurs Riil: nilai tukar yang telah disesuaikan dengan perbedaan tingkat harga atau inflasi antara dua negara. Kurs riil memberikan gambaran yang lebih akurat tentang daya beli sebenarnya dari suatu mata uang dibandingkan dengan mata uang lainnya. Ini adalah indikator penting untuk menilai daya saing harga barang dan jasa antar negara.
- Kurs Nominal: nilai tukar yang dinyatakan dalam bentuk nominal atau harga mata uang tanpa mempertimbangkan faktor inflasi atau daya beli.
3. Penentuan Sistem Kurs Valuta Asing
Sistem kurs yang diterapkan pada setiap negara tidaklah sama, tergantung kepada kebijakan moneter negara bersangkutan. Secara umum terdapat tiga system penetapan kurs valuta asing yaitu sistem kurs tetap, sistem kurs mengambang, dan sistem kurs mengambang terkendali (Rangkuty, 2022). Perbedaan pokok ketinganya terdapat pada sejauh mana campur tangan pemerintah dalam penetapan nilai tukar.
a. Kurs Tetap (Fixed Exchange Rate)
Kurs mata uang yang ditetapkan oleh pemerintah dan tidak dipengaruhi oleh fluktuasi ekonomi atau permintaan dan penawaran. Namun, bukan berarti tidak ada perubahan permintaan dan penawaran atas kus valas. Jika nilai tukar bergerak di luar batas, bank sentral atau otoritas moneter akan intervensi dengan membeli atau menjual mata uang di pasar valas untuk mengembalikan nilai tukar ke tingkat yang telah ditetapkan. Karena dapat mengganggu neraca perdagangan sistem ini telah banyak ditinggalkan. Ini terjadi terutama ketika nilai tukar mata uang domestik lebih tinggi dari nilai sebenarnya, yang menyebabkan harga barang ekspor menjadi lebih mahal di luar negeri dan harga barang impor menjadi lebih murah sehingga memperburuk neraca perdagangan domestik. Kemampuan untuk memberikan kepastian nilai tukar adalah salah satu keunggulan sistem kurs tetap. Namun. suatu negara harus memiliki cadangan devisa yang cukup untuk mempertahankan nilai tukar mata uang domestiknya pada tingkat tertentu. Negara-negara dengan cadangan devisa yang sedikit akan rentan terhadap serangan spekulasi nilai tukar karena mereka tidak dapat mengintervensi pasar valas untuk mempertahankan nilai tukar.
Kurva Sistem Kurs Tetap
Pada awalnya pemerintah menetapkan kurs IDR/USD sebesar Rp 14.000, karena impor barang dari Amerika meningkat, maka permintaan terhadap dolar akan meningkat dari Q0 ke Q1. Apabila pemerintah tidak melakukan intervensi, maka akan terbentuk tingkat kurs baru sebesar E1. Oleh karena itu, agar tingkat kurs tetap pada IDR/USD sebesar 14.000 maka bank sentral atau pemerintah akan menjual cadangan devisa sehingga kurs akan sama besar dengan tingkat semula.
b. Kurs Mengambang (Floating Exchange Rate)
Kurs yang ditentukan oleh mekanisme permintaan dan penawaran atau oleh kekuatan pasar. Nilai tukar mata uang domestik tidak ditetapkan pada tingkat atau besaran tertentu tetapi berubah sebagai akibat dari permintaan dan penawaran mata uang tersebut terhadap mata uang lainnya. Jika permintaan valas terhadap mata uang domestik lebih besar dari penawarannya, maka nilai tukar mata uang domestik akan menurun. Sebaliknya, jika nilai tukar mata uang domestik menguat, itu menunjukkan bahwa penawaran valas terhadap mata uang domestik lebih besar.
Kurva Sistem Kurs Mengambang
Pada awalnya tingkat kurs yang terjadi adalah dititik E0, sebagai titik keseimbangan. Apabila impor terhadap barang Amerika meningkat, maka permintaan terhadap dolar Amerika akan meningkat untuk membayar impor. Sehingga, kurva permintaan dari D0 akan bergeser ke D1. Hal itu menyebabkan kesimbangan kurs bergeser ke E1 dengan nilai tukar IDR/USD sebesar Rp15.000. Maka, dapat dikatakan bahwa nilai dolar Amerika mengalami peningkatan atau apresiasi terhadap rupiah, karena sebelumnya IDR/USD senilai Rp 14.000 dengan titik keseimbangan E.
c. Kurs Mengambang Terkendali (Managed Floating Rate).
Pada dasarnya dalam sistem mengambang terkendali, nilai tukar ditentukan kekuatan pasar sehingga bebas bergerak naik maupun turun. Namun supaya tidak terjadi gejolak besar, kriterianya ditentukan oleh otoritas moneter dengan menetapkan nilai kurs terendah dan tertinggi dalam suatu rentang (spread). Bila nilai kurs berada dalam rentang yang telah ditetapkan maka Bank Indonesia (BI) tidak melakukan intervensi. Tetapi apabila nilai kurs berada di bawah atau di atas yang ditentukan, maka Bank Indonesia akan melakukan intervensi dengan cara:
- Clean Floating (Mengambang Bersih): terjadi jika campur tangan Pemerintah tidak langsung yaitu dengan pengaturan tingkat bunga.
- Dirty Floating (Mengambang Kotor): terjadi jika campur tangan Pemerintah secara langsung yaitu dengan menjual atau membeli valas.
Hal itu bertujuan untuk mengembalikan nili tukar agar berada dalam spread yang telah ditentukan. Sistem kurs mengambang terkendali memberi para eksportir dan importir lebih banyak kepastian dibandingkan dengan sistem kurs bebas mengenai nilai tukar yang akan berlaku dalam jangka waktu tertentu.
4. Fungsi Kurs Valuta Asing
Fungsi pasar valuta asing dalam lalu lintas pembayaran internasional. diantaranya sebagai berikut (Salvatore, 2014 dalam Mulyati, 2020):
- Mempermudah penukaran valuta asing serta pemindahan dana dari satu negara ke negara lain.
- Memberikan kemudahan untuk dilaksanakannya perjanjian atau kontrak jual beli secara kredit.
- Memungkinkan dilakukannya hedging (penarikan dana), hal ini biasanya dilakukan untuk menghilangkan atau mengurangi risiko kerugian akibat perubahan kurs.
5. Faktor Yang Mempengruhi Kurs Valuta Asing
Banyak faktor yang bisa menyebabkan terjadinya perubahan kurs. Faktor utama yang mempengaruhi nilai tukar menurut Madura, 2011 (dalam Safitri, 2020) ada tiga. yaitu:
- Mempermudah penukaran valuta asing serta pemindahan dana dari satu negara ke negara lain.
- Memberikan kemudahan untuk dilaksanakannya perjanjian atau kontrak jual beli secara kredit.
- Memungkinkan dilakukannya hedging (penarikan dana), hal ini biasanya dilakukan untuk menghilangkan atau mengurangi risiko kerugian akibat perubahan kurs.
Selain itu Mulyati, 2020 mengungkapkan faktor yang mempengaruhi kurs valuta asing di antaranya adalah:
- Selera (cita rasa) masyarakat. Jika minat masyarakat terhadap produk suatu negara meningkat, permintaan untuk produk tersebut akan meningkat. Peningkatan permintaan ini akan diikuti oleh peningkatan permintaan kurs valas untuk pembayaran impor dalam mata uang asing. Akibatnya, nilai tukar mata uang negara tersebut juga akan meningkat.
- Sistem kurs yang dianut. Sistem kurs yang dianut suatu negara sangat mempengaruhi cepat lambatnya perubahan kurs. Pada sistem kurs bebas, kurs sangat mudah berubah sesuai keadaan pasar. Pada sistem kurs tetap, kurs tidak pernah berubah (kecuali diinginkan oleh pemerintah). Pada sistem kurs mengambang terkendali, perubahan kurs bisa dikendalikan pemerintah.
- Keadaan neraca pembayaran. Apabila neraca pembayaran suatu negara mengalami surplus (lebih), itu berarti telah terjadi kelebihan permintaan valuta negara tersebut. Kelebihan permintaan tersebut akan menyebabkan nilai tukar valuta negara tersebut mengalami kenaikan, sehingga terjadilah perubahan kurs.
- Adanya kebijakan devaluasi dan revaluasi. Devaluasi adalah kebijakan pemerintah melalui bank sentral untuk menurunkan nilai mata uang dalam negeri (rupiah) terhadap mata uang asing dengan tujuan meningkatkan ekspor. Sedangkan revaluasi adalah kebijakan pemerintah melalui bank sentral untuk menaikkan nilai mata uang dalam negeri (rupiah) terhadap mata uang asing dengan tujuan untuk menurunkan inflasi.
- Keadaan kurs antar negara maju. Negara-negara maju memiliki pengaruh kuat terhadap perekonomian negara berkembang, karena mereka biasanya memberikan pinjaman kepada negara berkembang. Akibatnya, jika kurs antar negara maju berubah akan berpengaruh terhadap kurs negara berkembang sebagai penerima pinjaman.
- Kekuatan permintaan dan penawaran. Pada umumnya, perubahan kurs disebabkan oleh perubahan kekuatan permintaan dan penawaran terhadap suatu mata uang. Jika permintaan terhadap suatu mata uang meningkat sedangkan penawarannya tetap, maka nilai tukar (kurs) mata uang tersebut akan meningkat. Sebaliknya, jika permintaan terhadap suatu mata uang berkurang sedangkan penawarannya tetap, maka nilai tukar (kurs) mata uang tersebut akan menurun.
Contoh Perhitungan Kurs Valas dan Studi Kasus
1. Kurs Jual
Tuan Hartawan akan berangkat ke Singapura utuk tujuan pertemuan bisnis. Hari ini dia datang ke BRI untuk menukarkan uang rupiahnya sebesar Rp60.000.00 degan Dolar Singapura. Pada saat ini nilai kurs yang berlaku adalah:
Kurs jual: US$ 1 = Rp10.000 Kurs beli: US$ 1 = Rp10.010
Berapa dolar Sigapura yang diterima Tuan Hartawan dari BRI?
Jawab:
Tuan Hartawan menukarkan rupiah dengan dolar Singapura, dalam kejadian ini Tuan Hartawan membeli dolar Sigapura dan BRI Menjualnya. Maka yang dimasukkan dalam perhitungan adalah kurs jual.
Dolar Sigapura yang diperoleh Tuan Hartawan = Rp 60.000.000 : $ 10.000 = $ 6,000.00
2. Kurs Beli
Mr. Tom seorang turis dari Amerika datang ke Indonesia untuk berlibur dengan membawa uang sebanyak US $8.000. Hari ini ia datang ke BNI untuk menukarkan uangnya dengan Rupiah. Pada saat itu nilai kurs yang berlaku adalah:
Kurs jual: US$ 1 = Rp14.550 Kurs beli: US$ 1 = Rp14.500
Berapa rupiah yang diterima Mr. Tom dari BNI?
Jawab:
Mr. Tom menukarkan dolar dengan rupiah, dalam kejadian ini berarti Mr. Tom menjual dolar dan BNI membelinya. Maka yang dimasukkan dalam perhitungan adalah kurs beli.
Rupiah yang diperoleh Mr. Tom = $8.000 x Rp14.500 = Rp116.000.000
3. Kurs Tengah
Perusahaan ABC di Indonesia perlu membayar kepada pemasok di Amerika Serikat sebesar US$ 50.000. Untuk tujuan pelaporan keuangan dan perhitungan biaya, perusahaan ABC menggunakan kurs tengah untuk mengkonversi nilai transaksi ini ke dalam mata uang Rupiah. Diketahui:
Kurs jual: US$ 1 = 14.050 Kurs beli: US$ 1 = 13.950
Jawab:
- Kurs Tengah = (214.000 + 13.950) : 2
- Kurs Tengah = 228.000 : 2
- Kurs Tengah =14.000
Konversi Nilai Transaksi ke Rupiah:
- Nilai dalam Rupiah = Jumlah US$ × Kurs
- Nilai dalam Rupiah = 50.000 × 14.000
- Nilai dalam Rupiah = 700.000.000
Perusahaan ABC harus mencatat dalam laporan keuangannya bahwa transaksi impor tersebut bernilai Rp 700.000.000 berdasarkan kurs tengah.
4. Kurs Forward
Seorang importir di Indonesia memerlukan US$ 100.000 untuk membayar barang yang akan dikirim dalam 3 bulan. Saat ini kurs spot US$ adalah 14.000. Importir khawatir bahwa dalam 3 bulan ke depan kurs US$ akan meningkat, yang berarti mereka harus membayar lebih banyak dalam rupiah. Untuk menghindari risiko fluktuasi nilai tukar, importir memutuskan untuk menggunakan kontrak forward. Bank menawarkan kurs forward 3 bulan sebesar US$ 14.200.
Diketahui:
- Importir memerlukan US$ 100.000 dalam 3 bulan.
- Kurs spot US$ = 14.000
- Kurs forward 3 bulan US$ = 14.200
Jawab:
- Jumlah Rupiah = Jumlah US$ × Kurs Forward
- Jumlah Rupiah = 100.000 × 14.200 = 1.420.000.000
Apabila kurs US$ dalam 3 bulan meningkat menjadi 14.500 berapa yang harus dibayar oleh importir jika tidak menggunakan kurs forward?
Jawab:
- Jumlah Rupiah = 100.000 × 14.500 = 1.450.000.000
5. Kurs Riil
Perusahaan ABC ingin menetapkan harga produk mereka untuk pasar internasional. Dengan mempertimbangkan kurs riil, perusahaan dapat menetapkan harga yang lebih kompetitif.
- Kurs nominal € = 16.000
- Indeks harga di Eropa (CPI) = 105
- Indeks harga di Indonesia (CPI) = 120
Jawab:
Kurs Riil = 16.000 × (105 : 120) = 16.000 × 0.875 = 14.000
Dalam contoh ini, kurs riil € sebesar 14.000 menunjukkan bahwa setelah disesuaikan dengan perbedaan inflasi, nlai riil dari 1 € adalah sekitar Rp 14.000. Jika kurs riil lebih rendah dari kurs nominal, ini menunjukkan bahwa produk mereka di Indonesia relatif lebih murah dibandingkan dengan di Eropa setelah penyesuaian inflasi.
Studi Kasus: Dampak Fluktuasi Kurs Valuta Asing Terhadap Perusahaan Eksportir
Harmoni Sentosa adalah sebuah perusahaan manufaktur di Indonesia yang mengkhususkan diri dalam produksi pakaian jadi untuk diekspor ke negara-negara di Eropa. Pada awal tahun 2024, perusahaan ini menandatangani kontrak untuk mengirimkan 10.000 unit pakaian dengan harga kesepakatan €50 per unit ke klien di Prancis. Nilai tukar € pada saat itu adalah 16.000.
Namun, pada saat pengiriman di bulan September 2024 nilai tukar € telah meningkat menjadi 17.500 karena kebijakan moneter baru di Uni Eropa, PT. Harmoni Sentosa tidak melakukan hedging terhadap risiko nilai tukar.
Soal 1:
Bagaimana fluktuasi nilai tukar € dari 16.000 menjadi 17.500 memengaruhi pendapatan PT. Harmoni Sentosa dalam rupiah?
Jawaban:
Pada awal tahun nilai tukar € adalah 16.000. Jadi, pendapatan PT. Harmoni Sentosa dari kontrak penjualan adalah:
- Pendapatan dalam Rupiah = 10.000 × 50 × 16.000 = 80.000.000.000
Namun, pada saat pengiriman di bulan September nilai tukar € telah meningkat menjadi 17.500. Jadi, pendapatan PT. Harmoni Sentosa dalam rupiah menjadi:
- Pendapatan dalam Rupiah = 10.000 × 50 × 17.500 = 87.500.000.00
Jadi, fluktuasi nilai tukar € menyebabkan pendapatan PT. Harmoni Sentosa meningkat sebesar Rp 7.500.000.000
Soal 2:
Bagaimana fluktuasi nilai tukar € mempengaruhi keuntungan bersih PT. Harmoni Sentosa jika biaya produksi satu unit pakaian adalah €30?
- Biaya produksi satu unit pakaian dalam rupiah adalah:
- Biaya produksi dalam Rupiah = 10.000 × 30 × 16.000 = 48.000.000.000
Jadi, keuntungan kotor sebelum fluktuasi nilai tukar adalah:
- Keuntungan Kotor dalam Rupiah = 80.000.000.000 – 48.000.000.000 = 32.000.000.000
Setelah fluktuasi nilai tukar menjadi 17.500 keuntungan bersih menjadi:
- Keuntungan bersih dalam Rupiah = 87.500.000.000 – 48.000.000.000 = 39.500.000.000
Jadi, fluktuasi nilai tukar € menyebabkan keuntungan bersih PT. Harmoni Sentosa meningkat sebesar Rp 7.500.000.000